11 Tokoh yang Kurang Dikenal di Balik Sumpah Pemuda

Museum Sumpah Pemuda, Jl Kramat Raya No 106.Foto: Ari SaputraJakarta -

Ada banyak tokoh yang terlibat dalam Sumpah Pemuda atau Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928. Akan tetapi mungkin detikers hanya mengenal sebagian tokoh, seperti Moh Yamin, Soegondo Djojopoespito, dan WR Supratman.

Padahal dari proses persiapan hingga terselenggaranya kongres melibatkan banyak orang penting yang kini terlupakan. Siapa saja mereka? Simak artikel ini untuk mengenal 11 tokoh yang kurang dikenal di balik Sumpah Pemuda.

Baca juga: Sosok yang Membacakan Sumpah Pemuda dan Sejarah Kongres PemudaTokoh di Balik Sumpah Pemuda yang Terlupakan

Berikut 11 tokoh yang kurang dikenal di balik Sumpah Pemuda, baik dari kalangan pria maupun wanita:

1. Mohammad Amir

Dikutip dari buku Sumpah Pemuda: Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional terbitan Museum Sumpah Pemuda, Dr Mohammad Amir adalah pembicara pertama dalam Kongres Pemuda II.

Dia adalah asisten psikiater di Stovia dan anggota Orde der Dienaren van Indie. Dalam pidatonya, Mohammad Amir menyampaikan ucapan selamat atas penyelenggaraan kongres.

Namun saat membicarakan kemerdekaan, dia dihampiri Ketua Kongres Soegondo Djojopoespito agar menggunakan istilah lain. Di masa itu, organisasi pergerakan memang dibatasi, sehingga ada larangan menggunakan kata 'merdeka'.

2. Soenario Sastrowardoyo

Soenario Sastrowardoyo adalah pria kelahiran Madiun, 28 Agustus 1902. Dia merupakan anggota PNI. Dalam kongres, dia menjadi penasihat panitia Kongres Pemuda II.

Soenario juga menjadi pembicara makalah berjudul "Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia". Dia juga berbicara soal pendidikan, gerakan kepanduan, gerakan Pemoeda Indonesia dan organisasi kepemudaan di luar negeri.

3. Djoko Marsaid

Djoko Marsaid adalah tokoh pemuda dari Jong Java. Dia adalah seorang mantri polisi. Dalam kepengurusan, dia bertugas sebagai wakil ketua dalam Kongres Pemuda II.

4. Poernomowoelan

Dalam Ensiklopedia Sejarah Indonesia (ESI), dijelaskan Poernomowoelan adalah seorang guru yang mengajarkan baca tulis kepada anak-anak. Dia aktif dalam organisasi Jong Java. Dia pun mewakili Jong Java dalam Kongres Pemuda II.

Poernomowoelan berkesempatan menyampaikan pendapat dalam kongres. Dia berpidato dalam bahasa Belanda. Dia menyampaikan agar anak-anak harus dididik supaya menjadi orang baik dan setia pada tanah air.

5. Sarmidi Mangoensarkoro

Sarmidi Mangoensarkoro lahir di Solo, 23 Mei 1904. Dia dikenal sebagai tokoh pendidikan. Dia berkesempatan menyampaikan gagasan di waktu yang sama dengan Poernomowoelan.

Sarmidi berbicara mengenai pendidikan anak di rumah. Salah satu pendapatnya adalah cara mendidik anak agar tidak dilakukan dengan perintah tapi dengan bimbingan. Dia mencontohkan pendidikan Taman Siswa. Tokoh ini di kemudian hari menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada masa 1949-1950.

6. Siti Soendari

Siti Soendari adalah adik dari dr Soetomo. Dia berasal dari kalangan Jawa elite yang mampu meraih gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) di Universitas Leiden di Belanda pada 1934.

Dalam kongres, Siti Soendari turut menyampaikan gagasannya, yakni agar rasa cinta tanah air harus ditanamkan sejak kecil, terutama kepada kalangan wanita.

Menurutnya, saat itu pendidikan hanya diberikan kepada golongan pria, sehingga dia ingin mengubah hal tersebut. Penting untuk mendidik para wanita sejak dini karena mereka memiliki kemauan dan dapat turut secara aktif menyokong pergerakan untuk kepentingan negara.

7. R Katjasungkana

R Katjasoengkana berperan menjadi Pembantu II dalam kepanitian Kongres Pemuda II. Dia turut memimpin sidang dalam rapat kedua. Dia adalah wakil dari organisasi Pemoeda Indonesia atau Jong Indonesie.

8. Djohan Mohammad Tjai

Djohan Mohammad Tjai adalah pria keturunan Tionghoa yang juga perwakilan dari Jong Islamieten. Dia berperan sebagai Pembantu I dalam kepanitian Kongres Pemuda II.

9. Mohammad Rochjani Su'ud

Mohammad Rochjani Su'ud lahir di Jakarta pada 1 November 1906. Dia merupakan Ketua Pemoeda Kaoem Betawi. Dia juga seorang ahli hukum. Dalam Kongres Pemuda II, dia bertugas sebagai Pembantu V.

10. Emma Poeradiredja

Dijelaskan dalam penelitian berjudul Peranan Emma Poeradiredja Memajukan Pendidikan Perempuan di Bandung Melalui Organisasi Pasundan Istri Tahun 1930-1942 dari situs Universitas Siliwangi, Emma berasal dari keluarga ningrat.

Dia berkesempatan bersekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) dan kemudian melanjutkan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Emma aktif sebagai anggota Jong Java dan Jong Islamieten Bond (JIB) sebagai ketua cabang Bandung pada tahun 1925.

Dalam kongres, dia sempat menyatakan simpatinya terhadap kongres dan mengimbau kepada kaum wanita agar ikut aktif dalam pergerakan. Wanita tidak boleh hanya bicara, tetapi harus ikut berbuat aktif.

11. Theodora Athia Salim (Dolly Salim)

Dikutip dari buku Sejarah Hukum Indonesia karya Sutan Remy Sjahdeini, Theodora Athia Salim atau Dolly Salim adalah putri dari Agus Salim. Dolly Salim dalam Kongres Pemuda II melantunkan lagu Indonesia Raya untuk pertama kali. Sementara WR Soepratman sebelumnya membawakan lagu tersebut hanya dengan gesekan biolanya.

Ada sedikit perubahan lirik lagu Indonesia Raya yang dia nyanyikan. Kata 'merdeka' diubah menjadi 'mulia' karena kata tersebut dilarang. Dan saat pelaksanaan Kongres Pemuda tersebut dijaga oleh polisi Belanda.

Nah, itulah tadi 11 tokoh yang kurang dikenal di balik Sumpah Pemuda. Sudah selayaknya kita mengingat tokoh yang berjasa bagi persatuan dan kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Tiga Tujuan Sumpah Pemuda yang Dibacakan pada Kongres Pemuda II 20DVideo: 'Selamat Hari Sumpah Pemuda' Menggema di X20DVideo: 'Selamat Hari Sumpah Pemuda' Menggema di X(bai/row)