Dugaan Epidemiolog soal Pemicu Penyakit Misterius yang Melanda Kongo

A Congolese nurse takes a sample from a suspected mpox patient in the treatment centre at the Kavumu hospital in Kabare territory, South Kivu province of the Democratic Republic of Congo, August 29, 2024. REUTERS/Arlette BashiziIlustrasi (Foto: REUTERS/Arlette Bashizi)Jakarta -

Otoritas kesehatan Republik Demokratik Kongo belakangan tengah ketar-ketir setelah dihadapi wabah penyakit misterius mirip flu. Penyakit tersebut memicu hampir 80 kematian dari 376 kasus yang dilaporkan, dengan infeksi pertama tercatat pada akhir Oktober.

Penyakit yang tidak diketahui ini saat ini terkonsentrasi di distrik Panzi di provinsi Kwango, yang terletak sekitar 435 mil (700 kilometer) dari ibu kota, Kinshasa. Distrik Panzi terpencil, dengan jalan yang sulit diakses dan infrastruktur kesehatan yang hampir tidak ada.

Pihak berwenang telah mengirimkan tim penelitian medis, termasuk ahli epidemiologi, ke lokasi tersebut untuk menilai situasi dan membawa sampel ke Kikwit untuk dianalisis.

Baca juga: Geger Penyakit Misterius Mirip Flu di Kongo, Bakal Jadi Next Pandemi?

Menurut Menteri Kesehatan setempat Samuel-Roger Kamba, orang-orang menunjukkan gejala demam, batuk, pilek, sakit kepala, dan nyeri tubuh.

"Ini adalah sindrom yang menyerupai sindrom flu dengan gangguan pernapasan pada beberapa anak dan pada beberapa orang yang telah meninggal," kata menteri tersebut.

Ia mengatakan 40 persen kasus terjadi pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun , yang sebagian besarnya "sudah rapuh karena kekurangan gizi."

Ada juga penurunan abnormal pada kadar hemoglobin dalam darah, menurut Menteri Kesehatan provinsi Apollinaire Yumba.

Terkait kejadian tersebut, epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menduga patogen yang merebak di Republik Demokratik Kongo kemungkinan dipicu oleh virus. Hal ini dikarenakan pasien-pasien yang mengidap penyakit tersebut mengalami gejala seperti flu.

"Demam, nyeri badan, ada juga gangguan nyeri tulang dan ada nyeri kepala, dan yang khas dari gejala ini adalah juga ada gangguan di menekan kemampuan napas yang akhirnya juga salah satu menyebabkan kematian, distress namanya," imbuhnya saat dihubungi detikcom, Senin (9/12/2024).

"Ada penurunan hemoglobin dan ini terjadi umumnya 40 persen pada anak di bawah 5 tahun," katanya lagi.

Ditambah lagi situasi kesehatan secara umum di RD Kongo memang sudah memburuk. Bahkan kata Dicky, banyak anak mengalami malnutrisi yang menjadi korban terbanyak.

"Selain yang harus diingat di belahan bumi utara ini pada bulan seperti Desember ini adalah siklus flu, maksudnya virus flu jadi ini yang juga bisa berpotensi," katanya.

"Tapi sekali lagi apakah ini betul virus atau bakteri ya tentu kita harus tunggu hasil dari investigasi WHO," sambungnya.

Baca juga: WHO Tanggapi Kemunculan Penyakit Misterius di Kongo, Picu Ratusan Warga Sakit 20DVideo Temuan Terbaru WHO soal Penyakit Misterius di Kongo20DVideo Temuan Terbaru WHO soal Penyakit Misterius di Kongo(suc/kna)